Hakikat Doa
Sebagai makhluk yang beragama, pasti kita tidak terlepas dari kegiatan berdoa. Kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah adalah bukti nyata bahwa kita membutuhkan kegiatan ini. Sering kali ketika kita mendapat suatu kesulitan yang kita sudah tidak bisa lagi untuk berbuat apa-apa kita membutuhkan sesuatu untuk tempat mengadu, sesuatu yang mengatur semuanya, sesuatu yang kita harapkan bisa menjadi backing-an kita. Berdoa adalah suatu fitrah manusia yang tidak dapat kita pungkiri. Sebagai hamba Allah, kita bebas untuk berdoa apapun dan kapanpun. Hal ini adalah salah satu bukti kebaikan Allah SWT. Akan tetapi kebebasan kita dalam berdoa kepada Allah inilah yang kadang membuat kita lupa apa itu doa sebenarnya
Pada suatu hari umpamanya kita berdoa agar diberikan kesehatan, akan tetapi pada kenyataannya, kita sering kali makan tidak teratur dan tidak tepat pada waktunya. Pada akhirnya kita jatuh sakit. Apakah Allah SWT yang kita salahkan karena tidak mengabulkan doa kita? Jawabannya sama sekali tidak. Pengalaman ini sama dengan cerita seorang miskin yang berdoa supaya mendapat harta kekayaan tetapi sehari-harinya ia hanya tidur dan bermalas-malasan. Ia hanya berharap pada suatu hari ia akan menang undian dan menjadi kaya raya. Akan tetapi ternyata ikut undian saja ia tidak. Bagaimana ia bisa keluar dari kemiskinannya? Apakah kita menyalahkan Allah SWT karena tidak mengabulkannnya? Sekali lagi, jawabannya sama sekali tidak.
Oleh karenanya kita sering kali salah dalam mengganggap doa. Doa bukan sesuatu yang gratis yang dapat kita lakukan begitu saja. Doa juga bukan iseng-iseng berhadiah. Doa bukan merupakan sebuah mantra yang kita baca tanpa tau maksudnya. Doa harus disertai dengan itegritas diri kita terhadap doa yang kita ucapkan. Doa merupakan bagian yang terintegrasi dengan usaha. Doa tanpa usaha hasilnya akan nol besar dan berakibat fatal pada diri kita. Doa pada hakikatnya merupakan konsultasi akhir kepada yang Maha Kuasa atas masalah ataupun keinginan kita. Terkadang kita sering kali menyalahkan takdir dalam kegagalan kita. Sebagai contoh ketika kita tidak mendapat pekerjaan yang kita inginkan, kita sering kali mencari pembenaran dengan mengatakan “ah mungkin emang ini yang terbaik buat kita”. Hati-hati, jangan selalu menyalahkan takdir. Hal yang pertama harus kita koreksi apakah kita sudah usaha semaksimal yang kita bisa? Jika sudah berusaha, apakah kita sudah berdoa? Jika kita belum berusaha dengan baik, maka sebenarnya bukan itulah yang terbaik buat kita, sebenarnya kita berhak untuk mendapat yang lebih dari itu. Akan tetapi tentu semua kejadian bisa kita ambil hikmahnya.
MediaMuslim.Info Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang yang banyak berdoa, memohon dan menunjukkan ketergantungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau sangat menyukai kalimat-kalimat yang ringkas namun sarat makna dan juga menyukai ucapan-ucapan doa.
Doa adalah ibadah yang sangat agung, yang tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hakikat doa adalah menunjukkan ketergantungan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berlepas diri dari daya dan upaya makhluk. Doa merupakan tanda Ubudiyah (penghambaan diri secara totalitas kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala). Doa juga merupakan lambang kelemahan manusia. Di dalam ibadah doa terkandung pujian terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Disamping itu terkandung juga sifat penyantun dan pemurah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh sebab itu Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Doa itu adalah ibadah” (HR: Tirmidzi)
Di antara doa Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, yang artinya: “Ya Allah, tolonglah daku dalam menjalankan agama yang merupakan pelindung segala urusanku. Elokkanlah urusan duniaku yang merupakan tempat aku mencari kehidupan. Elokkanlah urusan akhiratku yang merupakan tempat aku kembali. Jadikanlah kehidupanku ini sebagai tambahan segala kebaikan bagiku dan jadikanlah kematianku sebagai ketenangan bagiku dari segala kejahatan.” (HR: Muslim)
Di antara doa beliau adalah, yang artinya: “Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Ya Rabb Pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, kejahatan setan dan bala tentaranya, atau aku melakukan kejahatan terhadap diriku atau yang aku tujukan kepada seorang muslim lain.” (HR: Abu Daud)
Demikian pula doa berikut ini: “Ya Allah, cukupilah aku dengan rizki-Mu yang halal (supaya aku terhindar) dari yang haram, perkayalah aku dengan karunia-Mu (supaya aku tidak meminta) kepada selain-Mu.” (HR: At-Tirmidzi)
Di antara permohonan beliau kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala, yang artinya: “Ya Allah, ampunilah dosaku, curahkanlah rahmat-Mu kepadaku dan temukanlah aku dengan teman yang tinggi derajatnya.” (Muttafaq ‘alaih)
Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berdoa memohon kepada Rabb Subhanahu wa Ta’ala baik pada waktu lapang maupun pada saat sempit. Pada peperangan Badar, beliau berdoa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala hingga jatuh selendang beliau dari kedua pundaknya, memohon kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala agar menurunkan pertolongan bagi kaum muslimin dan menjatuhkan kekalahan atas kaum musyrikin. Beliau sering berdoa untuk dirinya sendiri, untuk keluarga dan ahli bait beliau, untuk sahabat-sahabat beliau bahkan untuk segenap kaum muslimin.
(Sumber Rujukan: Sehari Di Kediaman Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam, Asy-Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim) http://akhlaqmuslim.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar